Selasa, 02 Juli 2013

Tanggapan Studi kasus Pengolahan Air Limbah



Studi Kasus
Ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Peledakan tersebut terjadioleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya. Ledakan tersebut menyebabkan pencemaran limbah minyak di laut. Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
           
Tanggapan
Berdasarkan studi kasus di atas , Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), foto oksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh plankton dan bentukan gumpalan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah.Ada 5 tahap yang di perlukan dalam pengolahan air limbah. yaitu:
·         Pengolahan Awal (Pretreatment) : Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
 ·       Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment): Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation. pada proses ini dilakukan pemisahan secara kimia untuk lebih memurnikan air yang belum sepenuhnya bersih.
·         Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment): pengolahan tahap pertama memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
·         Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment): tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat terlarut dari limbah yg tak dapat dihilangkan dgn proses fisik. Peralatan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.

Senin, 01 Juli 2013

TANGGAPAN STUDI KASUS ISO 14000




STUDI KASUS ISO 14000
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham  menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

TANGGAPAN
Berdasarkan studi kasus diatas adalah ISO adalah salah suatu badan resmi yang menaungi tentang perindustrian, baik dalam kualias perusahaan maupun kualitas produk yang dihasilkan suatu badan industri. Bila mengkaitkan ISO 14000 dengan lingkungan itu sangat berkaitan, dimana hasil produk yang baik seharusnya mencerminkan lingkungan yang baik bagi perusahaan sendiri, dimana suatu perusahaan yang memiliki sertifikan ISO 14000 seperti PT Unilever Indonesia Tbk mngaharuskan setiap produk yang diproduksi harus sesuai dengan ISO 14000 itu sendiri yaitu produk yang dihasilkan harus ramah lingkungan atau dapat didaur ulang kembali dengan tingkat keamanan yang sangat besar. Untuk itu semua perusahaan yang sudah memiliki standar ISO harus benar-benar sesuai dengan penyataan yang ada dalam ISO itu sendiri, namun apabila perusahaan tersebut melanggar apa yang tertera dalam peraturan dan hak cipta ISO maka badan yang mengatur tentang ISO harus tegas serta mencabut pemberian ISO pada perusahaan yang tak sesuai dengan peraturan ISO yang telah diberikan pada perusahaan tersebut.

Minggu, 05 Mei 2013

Tanggapan Mengenai Studi Kasus Perindustrian



Studi Kasus Perindustrian
Kasus lumpur panas Lapindo hingga kini belum terselesaikan karena PT. Lapindo Brantas belum menyelesaikan masalah ganti rugi terhadap para korban dan lumpur yang hingga kini terus menerus keluar. Pihak PT. Lapindo Brantas seharusnya menyelesaikan masalah ganti rugi kepada korban, karena banyaknya kerusakan yang disebabkan oleh lumpur tersebut. Penyelesaian yang harus segera dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas adalah bagaimana menyusun kembali struktur yang ada dalam perusahaan untuk membuat sebuah tim untuk menyelidiki dan menghentikan luapan lumpur yang terus terjadi hingga kini. Kerusakan lingkungan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari para pelaku industri PT. Lapindo Brantas.
Tanggapan
            Berdasarkan pada studi ksus diatas mengenai salah satu dampak negatif dari suatu aktivitas industri yaitu keluarnya luapan lumpur dari dasar bumi, dan sekarang terkenal dengan sebutan lumpur lapindo. Menurut saya ini adalah hal terburuk yang terjadi yang diakibatkan dari suatu perusahaan pengeboran yang kurang teliti terhadap aktivitasnya yang sekarang timbul dan merugikan hamper semua wilayah perusahaan tersebut, masyarakt pun tergusur dan tak punya tempat tinggal atas terjadinya luapan lumpur tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat di ambil segi positifnya dari suatu aktivitas industri, adalah untuk lebih memahami dan paham akan yang dilakukannya agar tak berdampak buruk seperti itu, kurangnya sejumlah tenaga ahli yang berada di perusahaan tersebut yang mengakibatkan suatu tindakan yang menurutnya baik, malah berbuah lebih buruk dan terjadi luapan atau sungai lumpur lapindo sejak tahun 2006 smpai sekarang yang tak pernah surut.


Tanggapan Studi Kasus PERTAMBANGAN

Studi Kasus




PT Freeport Indonesia, anak perusahaan yang mengoperasikan tembaga Grasberg dan tambang emas telah dituduh melakukan pengrusakan lingkungan yang sangat besar, terutama pembuangan 130.000 ton limbah batuan (tailing) setiap harinya ke sungai lokal sebagai lokasi pembuangan. Grasberg juga menjadi terkenal karena pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh ribuan tentara di situs pertambangan yang diduga ada untuk melindungi tambang dari penduduk setempat yang tidak puas, penduduk yang tanahnya telah digali atau yang menjadi tempat pembuangan tailing.

Tanggapan

          Studi kasus diatas terhadap permasalahan mengenai kasus PT. Freeport Indonesia adalah seharusnya sebagai perusahaan besar PT. Freeport Indonesia tersebut harus memikirkan lingkungan sekitar tempat pertambangan karena dengan hasil yang didapatkan terhadap hasil pertambangan tersebut terhadap lingkungan sekitar agar lebih bijak. Akibat pertambangan tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang besar terhapat lingkungan serta penduduk sekitar yang diakibatkan kurangnya perhatian terhadap lingkungan perusahaan itu. Seharusnya PT. Freeport Indonesia harus dan wajib memikirkan keamanan serta kenyamanan penduduk sekitar dengan memberikan fasilitas yang baik untuk penduduk sekitar agar terciptanya keseimbangan antara lingkungan yang baik dengan keuntungan yang didapatkan oleh PT. Freeport Indonesia tersebut. Karena percuma perusahaan sebesar apapun itu, namun tak seimbang dengan prilaku perusahaan itu, kurang pekanya terhadap lingkungan sekitar, mengakibatkan kerusakan yang seharunya tak terjadi walau sedikit.




Selasa, 23 April 2013

Tanggapan Dari asas pengetahuan lingkungan

Studi Kasus
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat.
Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada
volume sampah. Dari Data menunjukan bahwa kota Bandung setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 8.418 m3 dan hanya bisa terlayani sekitar 65% dan sisa tidak dapat diolah.


Tanggapan :


Berdasarkan studi kasus diatas pada studi kasus “asas pengetahuan lingkungan” khususnya pada penanguloangan sampah. Tanggapan saya cukup singkat secara garis besar, bsudah hal yang lumrah dalam kehidupan manusia dalam penangulangan sampah ini sungguh sangat susah, karena berbagai elemen sudah ikut serta dalam poenangulangan sampah tersebut, akan tetapi sampah tersebut timbul dengan sendirinya khususnya kebiasaan manusia yang lalai akan pentingnya menjaga lingkungan, terutama kebiasaan membuang smpah sembarangan terus saja terjadi, setelah terjadi banjir karena air meluap dikarnakan banyaknya sampah yang memenuhi bantaran sungai yang seharusnya bukan tempat sampah. Barulah elemen pemerintah khususnya masyarakat yang merasakan dampaknya baru bergerak untuk menangulanginya.