Mengelola Amarah dengan Bijak
 Marah memang merupakan sifat manusia. Tak ada manusia yang tak 
pernah marah. Bahkan setiap hari ada saja masalah yang memancing kita 
untuk marah. 
      Tentunya setiap orang punya reaksi yang berbeda-beda terhadap masalah 
yang dihadapinya. Mungkin kita termasuk tipe orang yang tak bisa 
mengendalikan amarah saat sesuatu yang tak sesuai dengan harapan kita 
alami. Tetapi di pihak lain ada orang yang mampu mengendalikan emosinya 
sehingga marahnya benar-benar terkontrol. Bahkan ada orang yang tidak 
marah karena kemampuan mengelola amarahnya begitu baik.
Sumber kemarahan pun makin beragam. Mereka yang tinggal di kota yang 
lalu lintasnya padat seperti Jakarta, misalnya, pagi-pagi saja ada-ada 
saja hal yang memicu kemarahan. Apakah karena ada yang menyalip di 
jalanan, terjebak kemacetan, dan sebagainya. Entah berapa persen yang 
mengalami ini. Namun di Inggris, menurut suatu penelitian, sekitar 80 
persen penggguna lalu lintas pernah bersitegang di jalanan karena 
berbagai hal. Mungkin di kita pun tak jauh dari itu.
      
Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa sebanyak 45 persen responden di 
sana mengaku sering marah setiap harinya di kantor, 33 persen 
bersitegang dengan tetangganya sehingga menolak bicara satu sama lain, 
53 persen pekerja kantoran di sana pernah jadi korban kemarahan rekan 
kerja atau atasan mereka.Sebanyak 65 persen dari mereka menumpahkan 
kemarahannya melalui telepon, 25 persen melalui pesan tertulis, dan 9 
persen lainnya marah langsung kepada orang bersangkutan. 
Bagaimana dengan pengalaman Anda?
Netter yang luar biasa,
     
Tadi pagi saya mengangkat masalah ini saat talkshow AW Success, Wisdom & Motivation di jaringan Radio Sonora. Saya membawakan tema: Mengelola Amarah dengan Bijak. Ya, marah sebenarnya bisa kita kendalikan melalui proses belajar. 
Marah yang tak terkendali memang merugikan, baik bagi diri kita sendiri 
maupun orang lain. Kemarahan itu mungkin berlangsung hanya sekejap. 
Tetapi sering kali akibatnya begitu besar bahkan ada yang harus disesali
 sepanjang hidup. 
Karena itu, jika amarah datang menyerang, berusahalah untuk mengontrol 
dan meredakannya. Pikirkan dan pertimbangkan tindakan kita dan 
akibat-akibatnya. Kalau kita mampu mengendalikan kemarahan kita, kita 
bisa terbebas dari rasa penyesalan. Mari belajar mengendalikan amarah 
dari sekarang agar tak menyesal di kemudian hari. 
Sumber :http://www.andriewongso.com 

